Selasa, 01 Maret 2011

Without you (1)


Saat Riva memasuki ruang makan, lagi – lagi ia harus melihat adegan romantis di depannya yang menurutnya cukup lebay itu. Yang diperankan oleh Pak Tama dan Bu Dini yang tak lain adalah kedua orang tuanya sendiri. Bagi semua orang yang mengenal kedua orang tua Riva pasti akan setuju kalo mereka itu dinobatkan sebagai Pasangan terlebay.
“ Maafin… mama ya, pa. Mama nggak bisa masak buat papa. Mama nggak bisa jadi istri yang baik” Kata Bu Dini dengan muka bersalah yang udah kayak mau nangis.
“ Ya ampun, mama. Walaupun mama tidak bisa masak, tapi bagi papa, mama adalah istri terbaik di dunia ini” kata Pak Tama sambil memegang tangan istrinya.
“ Papa…” Kata Bu Dini dengan mata berbinar-binar.
“ Mama…”
“ Membosankan” Kata Kaka dengan nada kesal tanpa melihat ke arah Pak Tama dan Bu Dini.



Riva yang duduk di samping Kaka hanya tersenyum dengan sikap adik satu-satunya itu. Kalo dipikir-pikir, adiknya itu sangat berbeda banget dengan kedua orang tuanya. Kaka, sangat pendiam, cuek, sedikit kasar. Walaupun begitu adiknya itu sangat populer di sekolahnya karena selain pintar, Kaka juga memiliki wajah yang bisa dibilang sangat tampan. Pemikiran Kaka juga jauh lebih dewasa dari umurnya yang masih 13 tahun. Tak jarang adiknya itu menasehatinya.
 Kata orang tua Riva sich, adiknya itu mirip banget dengan kakeknya yang udah meninggal yaitu ayah dari Pak Tama. Karena itu, orang tuanya memberikan nama Kaka yang artinya kembaran kakek.

“ Sayang… kamu kesepian ya… maafin mama ya” kata Bu Dini sambil menghampiri anak bungsunya itu.
“ Stop. Berhenti lakukan itu” Kata Kaka yang panik saat Bu Dini mau memeluknya.
Dan sebelum Bu Dini, benar-benar memeluk Kaka. Kaka pun berlari keluar rumah sambil membawa roti tawarnya yang sudah ia olesi dengan selai kacang. Riva pun tertawa melihat kelakuan adiknya itu.
Tawa Riva langsung berhenti saat mendengar sebuah motor berhenti di depan rumahnya. Ia pun pamit ke orang tuanya yang masih bengong melihat sikap Kaka.

Kemudian Riva menghampiri Arka yang sedang menunggunya di depan rumahnya dengan motor birunya.
“ Kaka… kenapa? Aku liat tadi dia lari ketakutan?” Kata Arka yang memiliki wajah imut.
“ Nggak ada pa-pa kok. Oh iya, met ultah ya” Ucap Riva sambil memberikan sebuah kado.
“ Kok kamu tahu hari ulang tahunku?” Kata Arka kaget sekaligus senang.
“ Rahasia dong” Kata Riva sambil tersenyum.
“ Makasih ya, Rivaku. Kau memang pacar yang super duper baik” kata Arka sambil tersenyum manis kayak anak kecil yang baru dibeliin mainan. Dan Riva hanya tersenyum.

Lalu Arka membuka kado dari Riva. Ia pun tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih ke Riva saat tahu Riva memberikannya sebuah jam tangan berwarna biru. Sebenarnya bukan hanya karena kado, tapi lebih dari itu karena… Riva mengingat hari ulang tahunnya.
***

Ketika Riva dan Arka sampai di sekolah. Riva nggak sengaja melihat Chika yang baru sampai di sekolah juga. Riva pun menghampiri sahabatnya itu setelah pamit ke Arka yang mau parkir motornya.
“ Hai!” Kata Riva dengan agak keras.
Chika yang dari tadi melamun langsung kaget mendengar suara Riva. Cewek berambut cepak dan sedikit tomboy itu, hanya tersenyum ke Riva tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Riva pun jadi bingung, nggak biasanya sahabatnya itu tampak murung.
“ Kamu kenapa, Chika? Kamu sakit?”
“ Ah? Nggak kok. Oh iya, Va. Aku ke kelas dulu ya”

Chika pun kabur begitu saja sebelum Riva membuka mulut. Riva hanya melihat kepergian Chika dengan heran. Arka yang tadinya mau menyapa Chika ikutan heran juga.
“ Kenapa tuh anak?” Tanya Arka, bingung.
“ Nggak tau. Kayaknya ada yang ia sembunyikan” Kata Riva yang terlihat khawatir.
“ Ya udah… nanti aku tanya deh ke cewek galak itu. Lebih baik sekarang kamu ke kelas ya, Rivaku. Entar kamu telat lagi” Kata Arka yang satu kelas sama Chika.
Riva hanya mengangguk.
***

“ Pagi anak-anak” Sapa Bu Siska sambil masuk ke kelas Riva.
“ Pagi, bu” Jawab para siswa, kompak.

Kemudian mata mereka tertuju pada seorang cowok yang memakai seragam kayak mereka, berjalan di belakang Bu Siska. Cowok tersebut bertubuh tinggi, sikapnya sedikit dingin dan lumayan tampan. Bu Siska hanya tersenyum melihat tingkah siswanya yang heran. Lalu, ia pun menyuruh siswa baru itu mengenalkan dirinya.
Riva yang tadinya sibuk mencari buku biologinya langsung berbalik saat mendengar suara yang begitu ia kenal. Saat Riva melihat ke depan, matanya pun membalalak tak percaya, saat melihat seorang cowok sedang mengenalkan dirinya di depan kelas. Meski sudah lama tak pernah bertemu dan potongan rambut cowok itu berbeda, tapi ia nggak akan mungkin lupa wajah orang yang dulu begitu dekat dengannya.

“ Putra?!” Gumam Riva, tak percaya.
Tanpa sadar, buku yang Riva pegang tadi terlepas dari tangannya. Dan hal itu, membuat dirinya jadi pusat perhatian seisi kelas termasuk Putra. Dan mata Riva dan Putra pun bertemu.
“ Kamu kenapa, Riva?” Tanya Bu Siska yang terlihat khawatir.
“ Tidak… aku tidak apa-apa kok, bu” kata Riva sedikit kaget lalu memungut bukunya yang jatuh.
“ Jatuh cinta pada pandangan pertama kali ama Putra, bu” Teriak salah seorang teman sekelas Riva yang langsung diikuti derai tawa yang lainnya.
“ Ya sudah… kalian jangan ribut. Putra, kamu duduk di sana ya”  Bu Siska menunjuk sebuah bangku kosong.

Saat Putra berjalan menuju bangkunya, Riva terus memperhatikan Putra hingga kemudian Putra menatapnya juga. Tapi, beberapa detik kemudian Putra mengalihkan pandangannya dan bersikap seolah tak pernah kenal dengan Riva. Dan hal itu membuat Riva sedih.
“ Apa aku benar tak berarti bagimu?” Kata Riva dalam hati.
Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks udah berkunjung di blogku.
mohon tinggalkan koment anda.
semoga koment anda membantu saya dalam penulisan selanjutnya.
Arigatoh...